Dec 28, 2015 | Blog
Apresiasi dan terimakasih saya untuk inisiator dan semua teman yang telah banyak berkontribusi hingga reuni smansa 89, yang konon sudah direncanakan terselenggara tahun lalu, akhirnya terjadi di tahun ini.
…Entah kenapa rasanya saya ingin sekali membuat tulisan ini….
Reuni smansa 89 akhirnya terlaksana di penghujung 2015, artinya setelah 26 tahun lebih sejak kita meninggalkan SMA kita. Dari apa yang saya lihat dan rasakan dari suasana reuni, atau dari komentar teman-teman di grup setelah acara berlangsung, hampir semuanya mengungkapkan keceriaan, lewat beragam pesan dan komentar. Foto-foto suka cita reuni pun langsung memenuhi memori gadget kita masing-masing. Menurut saya pribadi, selain esensi silaturahmi dan nostalgiaan, agenda utama reuni kali ini adalah berebut untuk berfoto bersama. Tetapi lebih dari itu, sebenarnya apa yang bisa kita “bawa pulang” dari acara reuni tersebut? Tentu saja bukan sekedar eforia dan hati senang karena larut dalam kebersamaan “pesta” itu.
Hasil studi menyebutkan, reuni tak sekadar membangkitkan nostalgia, tetapi pengalaman nostalgia dapat memperkuat jalinan ikatan dengan orang lain (social bonding), dan terbukti melalui reuni kita bisa membangun kembali jalinan pertemanan yang mungkin sempat terputus, dan hal itu akan memberikan dukungan emosional bagi sebagian besar individu.
Sebuah artikel menyatakan bahwa reuni 20-an tahun adalah salah satu reuni terbaik yang perlu dihadiri. Meski hanya beberapa jam, reuni menjadi suatu bentuk “unjuk diri” sekaligus refreshing, karena sangat mungkin ada “kelelahan” di sebagian besar orang yang sibuk menjalankan peran masing-masing dan mengejar pencapaian diri, karena memang secara psikologis usia 40-an adalah fase dimana seseorang fokus pada pencapaian, seperti karir, mempertahankan kualitas hubungan dengan pasangan, dan memperjuangkan masa depan anak-anak. Karena memang itulah tugas perkembangan di usia kita sekarang ini. Dan dalam reuni, kita seakan diajak “jalan-jalan” dengan suguhan pertemanan dan persahabatan masa lalu yang menghubungkan kembali kita pada momen dan cerita difase itu. Kenangan lucu, bahagia, bahkan kisah sedih pun, sepertinya semuanya terceritakan kembali dalam kemasan cerita yang menyenangkan. Momen nostalgia menjadi penting ketika kita masuk fase usia 40-an.
Dari satu obrolan ke obrolan yang lain, dari satu cerita ke cerita lain bisa kita dapat dari satu momen reuni. Selain cerita kenangan masa lalu, banyak cerita yang beredar dan kita dengar yang mencerminkan keberhasilan teman kita saat ini yang membuat kita ikut bangga, tetapi juga tidak sedikit cerita yang menuntut keprihatinan, empati dan kepedulian kita sebagai manusia. Lalu…. apa yang sebenarnya bisa kita dapat dari begitu banyak cerita itu? “Refleksi”. Yah… sepertinya kata itu adalah salah satu yang bisa kita ambil menjadi oleh-oleh buat hidup kita selanjutnya. Reuni bisa menjadi bentuk refleksi diri. Kita bisa membandingkan tentang di mana posisi kita dulu dan di mana posisi kita sekarang. Ketika cerita masa lalu dirangkai dan dihubungkan dengan cerita di waktu kini, kita seperti melihat gambar “metamorfosis diri” seseorang (baik diri saya sendiri ataupun diri orang lain), bagaimana berkembang dan berproses dari sekian fase yang terlewati.
Reuni mempromosikan refleksi diri untuk kemudian menjadi renungan. Dengan hati dan akal sehat, bagaimana kita terhubung kembali ke memori masa lalu diharapkan bisa menjadi cerminan untuk diri kita ke depan, dengan mengambil makna untuk pembelajaran hidup di masa sekarang dan yang akan datang. Insight, rasa syukur, empati dan rasa peduli, mungkin bisa menjadi sesuatu yang menggerakan langkah positif kita selanjutnya agar lebih baik dan bermanfaat, bukan hanya untuk diri kita sendiri tetapi juga untuk sahabat di sekitar kita. Yuk, kita jadikan reuni kita untuk mulai langkah itu….. (nilamde)
Dec 22, 2015 | Blog
Author: Winarso | Sumber Group WA Smansa Tegal 22-12-2015
Saya mau cerita tentang Uang adalah Ide saja….sambil menunggu giliran dokter gigi neh, ..?
Dalam dunia bisnis…sebenarnya hanya dikenal 3 pilar yang menjadi fokus setiap pengusaha manapun….
3 pilar itu adalah Produk, Delivery System dan Service Excellence….
Di dunia perbankan…beberapa puluh tahun yang lalu, bank tidak banyak…
Ini sangat menyulitkan customer….
Lalu muncullah branch banking.
Kantor cabang bank jadi banyak…
Kita bisa pergi ke cabang terdekat..
Lalu orang berharap, meskipun sudah malam, mereka tetap bisa mengambil uang…
Sebab namanya kebutuhan mendesak kita tidak tahu kapan datangnya. Maka bank mengeluarkan ATM.
Naik ke level berikutnya, muncullah inovasi yang lebih mengagumkan, dimana kita tidak harus pergi lagi ke ATM.
Kita bisa memeriksa saldo langsung dari ponsel kita.
Kita bisa transfer langsung dari layar komputer di rumah.
Kita setuju ya…bahwa ini mengagumkan…
Lalu, bank terus berevolusi…
Walaupun kita bisa transfer uang lewat komputer atau ponsel, tapi tetap saja kita tidak bisa menarik uang tunai dari ponsel.
Ponsel kita belum mampu mengeluarkan uang..?
Bahkan tekhnologi transfer juga tidak membantu saat mau membayar di kasir KFC…
Kita tidak bisa bertanya ,” Beraoa yah nomor rekening anda?”
Saya mau bayarnya pakai transfer saja…
Di luar negeri…di beberapa negara…
Banyak macam cara orang melakukan transaksi…di Indonesia juga sebagian sudah begitu…
Ada kartu “luar biasa” yang dengan kartu itu bisa digunakan untuk membayar makanan, belanja di mall, bayar ticket bus, taksi dll….Ini lebih dari srkedar credit card biasa…
Anggap saja ini smart card..kartu cerdas…
Misalnya kita mau naik kereta api…dan harus nyambung ke kereta api berikutnya….
Maka sistemnya bisa secara otomatis memberikan diskon untuk perjalanan berikutnya.
Bahkan kartunya tidak perlu dikeluarkan dari dompet…
Sentuhkan saja dompetnya ke mesinnya…
Praktis sekali.
Lalu ada kartu lain…yang begitu “cerdas”nya sehingga ketika saldonya sudah habis, dia akan otomatis mengisi sendiri…
Seperti kulkas yang bikin esnya otomatis..nggak perlu isi air…?
Saldo kita di bank tentu saja akan langsung berkurang untuk mengisi kartu ini.
Bukankah ini juga luar biasa?…Namun….
Seperti halnya product lainnya….kepuasan orang perlahan-lahan terus menurun…
Ingat the law of diminishingnya david ricardo kan….
Maka produk-produk istimewa itupun sekarang dianggap biasa saja…
Mungkin di saat kita akan memamerkan kartu-kartu ini pada anak cucu kita, mereka akan dengan santai mengatakan :
“Kakek /nenek masih pakai kartu? Saya sekarang tinggal tempelkan tangan saya yang sudah ditanam chip. Saya bisa membeli apa saja yang saya mau. Saya sudah tidak perlu membawa dompet.
Jadi benar kata Robert T. Kiyosaki di Rich Dad Poor Dad bahwa Uang adalah ide
..
Dia bisa berbentuk koin, kertas, lalu jadi plastik (kartu), lalu cukup dengan menyentuh tombol tertentu di gadget kita…bahkan kita pada akhirnya bisa bertransaksi tanpa banya media lagi….
Kalau dalam fiqh islam itu nanti kaitannya dengan apakah sah ijab-qabulnya…dst…dst…
Paling nggak ada fiqh aulawiyat….
Tapi pointnya jelas…kemajuan itu tidak bisa dibendung…
Widyo Hartanto:
Transaksi begitu, di tinjau dari hukum jual beli scr syar’i pimen ya win…?
Satu pihak menerima barang scr fisik, pihak lain scr ghoib….?
Para ulama tinggal mengistimbath kan (menderivasikan) hukum-hukum fiqh yang ada dengan kemajuan yang sedang berlangsung…
Kata Rasulullah SAW “antum a’lamu bi umuridunyakum”..
Kalian lebih tahu urusan dunia kalian…
Artinya, Rasulullah SAW sudah memperkirakan bahwa kemajuan itu akan terus ber evolusi…dan kita diberi keluasan untuk melakukan inovasi yang penting tidak meninggalkan point-point syari’ahnya.
Makanya para pemimpin agama juga dituntut untuk menjadi pelaku kemajuan….
Supaya taushiah-taushiahnya, fatwa-fatwanya “in place”…sesuai dengan kemajuan zamannya…
Masih dengar nggak yah “kiai kampung” yang melarang adzan pakai pengeras suara?
Kiai beginian harus “dimuseum” kan….??
Karena dia tidak qualified sebagai ulama….lebih tepat kita sebut muslim yang sudah ditinggalkan zamannya…?
Dec 18, 2015 | Blog
Author: Winarso | Sumber: Group WA Smansa Tegal 17-12-2015
Pagi ini saya mau tulis tentang Invisible Hand….worthed nggak?
Ini bukan invisible handnya Adam Smith….
Bukan soal politik juga….
For Rud Wid….nanti kalau mau diupload di Blog Smansa…judule Invisible Hand….
Sekali-kali judule nganggo bahasa Inggris ben keren….?
Untuk cerita tentang invisible hand….Kita mulai dengan plesiran yuk….cerita lewat plesiran….biar relax….
Plesiran pertama…di Batu…Malang….
Di Batu…ada Eco Green Park….
Bagi yang sudah pernah ke sana….tentu itu menjadi pengalaman yang indah….?
Saat masuk, langsung ada e-bike….alias scooter listrik yang bisa disewa.
Ini menyenangkan….
Taman ini sangat pengertian, kita tidak perlu jalan kaki mengelilingi taman yang luas.
Orang dewasa, anak-anak dan juga orang tua senang…..
Tentu ada pengunjung yang tidak mau menyewa e-bike dan tetap jalan kaki….
Tetapi karena besarnya taman, kaki lama-lama merasa capek juga….
Seperti memahami perasaan pengunjung….
Tiba-tiba kelihatan tulisan ” Kaki anda capek?”….
Tinggal sewa e-bike. Telp 0812…..langsung kami antar…
Tulisan itu berada di setiap scooter dan juga di beberapa pojok taman….
Tulisan itu otomatis jadi perhatian saat dibutuhkan…
Nah…menariknya…taman ini juga begitu perhatian pada pengunjungnya….
Saat ada toilet….
Langsung ada tulisan yang bunyinya begini :”Toilet berikutnya 100M dekat food court,.”
Sehingga saat kita tidak mau ke WC sekarang, kita tau persis kapan toilet berikutnya tersedia….
Ada Angry Bird Park….
Sehingga anak-anak bisa main melontarkan burung-burung dengan ketapel raksasa….
Ada banyak makanan dan minuman untuk anak-anak. Entah kenapa rasanya taman ini begitu ramah terhadap pengunjungnya….
Lepas dari Jawa Timur, saya ajak teman-teman ke Bali….
Sabar dengerin ceritanya ya….nanti akan ada endingnya….?
Di Bali…ada banyak sekali hotel enak dan hebat…dari mulai Kuta, Legian, Seminyak, Sanur, maupun di Ubud…..
Ada Ayana Resort dengan Rock Barnya yang legrndaris, Hotel Mulia…sampai Vila-vila ciamik…di Seminyak yang OK…?
Tapi saya akan cerita tentang Hotel Komaneka di Ubud….
Saat kita datang dan check in di hotel ini…belum masuk kamar…kita akan tersenyum melihat ada dua payung di depan kamar….
Saat jalan-jalan kita akan terbebas dari panas dan hujan….dengan payung ini.
Begitu masuk kamar….
Ada setoples homemade cookies yang enak…
Lalu ada juga termos yang isinya sudah penuh dengan es batu.
Biasanya di hotel lain…termos ini kosong….
Tetapi di hotel ini selalu penuh.
Ada hal menyenangkan lainnya….
Saat duduk di sofa dan sedang haus, ada buah-buahan dan cookies, dan air mineral di sana…
Saat mau tidur, di samping kasur ada air mineral juga….
Sore hari adalah saat yang menyenangkan untuk jalan-jalan…..
di Ubud…
Nah saat itulah …oleh petugas hotel digunakan untuk melakukan turn down service.
Mereka mengganti air mineral yang sudah kosong, membersihkan kamar, merapikan kasur dll…..
Mereka bahkan meletakkan remote TV di atas kasur lengkap dengan bacaan singkat.
Dengan begitu….
Ketika yang menginap pulang, bisa langsung selonjoran sambil menikmati TV….
Pokoknya banyak lagi yang menyenangkan….
Eco Green Park dan Hotel Komaneka ini hampir sama…..
Sangat menyenangkan pengunjungnya…..
Sebenarnya dari mana datangnya perasaan menyenangkan ini?
Cesar Ritz…yang legendaris….pendiri kerajaan hotel Ritz…belakangan jadi Ritz Carlton mengatakan…..
“People like to be served, but invisibly.”
Para customer ini senang karena banyak service yang dilakukan oleh tangan-tangan yang tidak kelihatan….
Proactive services….bukan reactive services….
Contoh reactive service seperti ini…..
Misalnya….
Ada pelanggan yang datang ke sebuah bengkel….
Dia memperbaiki sepeda motornya….
Saat sepeda motornya sudah selesai diperbaiki….
dia merasa kesal…
Karena motornya berlepotan jejak tangan hitam….
Maka dia komplain ke petugas…
Barulah petugas sambil ngedumel mengambil kain lap untuk membersihkan jejak-jejak hitam tadi.
Saat sudah dikomplain….
Baru petugas bertindak….bereaksi.
Ini tidak enak di petugas…dan lebih tidak enak di customer.
Invisible hand service tadi…..yang pakai ilustrasi plesiran tadi….adalah contoh proactive service….
Pelanggan merasa dimengerti….
Bahkan sebelum terpikirkan oleh mereka….
Service excellence seperti ini bisa dipakai di rumah tangga, resto dll….
Saya ingat salah satu kekaguman Habibie pada istrinya Ainun….yaitu…
Ainun sangat mengerti Habibie….bahkan sampai minuman jenis apa dengan saat kapan disajikannya….Ainun sangat memahami hal detail seperti itu.
Kapan harus bicara, kapan harus diam….
dst…dst….
People like to be served, but invisibly….!
Sekarang cek saat kita makan atau kegiatan apapun….sudahkah mereka doing this?
Served proactively….served invisibly….
Silahkan comment….???