Pagi ini service excellence saya isi dengan Hello effect….

Mumpung durung sibuk kyeh…?

Kira-kira kalau kita lihat orang 5 detik pertama dengan 3 bulan hasil sama atau tidak?

Menarik nih….

Karena you will get impression from others dalam 5 sampai 10 detik pertama….

Jawaban kebanyakan orang…saat ditanya beda nggak penialian 5 detik pertama dengan 3 bulan….biasanya jawabanya : Tentu saja beda!”

Kita berasumsi bahwa tiga bulan tadi akan menghasilkan informasi yang lebih banyak dan akurat.

Sehingga penilaiannya akan berbeda.

Mari kita lihat…

Seorang psikolog dari Stanford University,  Nalini Ambady,  melakukan survey yang sangat menarik.

Sekelompok murid diminta mengamati tiga belas orang pengajar lewat video….

Video ini sudah dibuang suaranya….

Sehingga mereka hanya bisa menilai lewat gambarnya saja.

Masing-masing gambar hanya ditampilkan selama 30 detik saja.

Lalu,  para murid diminta hasil penilaiannya. …

Bagaimana pendapat para murid tentang masing-masing pengajar: Orangnya seperti apa,  apakah pengajar itu ramah,  percaya diri,  kompeten,  atau aktif…dll…

Kali ini dalam waktu hanya 15 detik.

Setelah semua video pengajar tersebut ditampilkan selama 30 detik,  video tersebut ditampilkan ulang….

Lalu, bahkan dipersingkat lagi dalam 6 detik.

Setiap kali,   entah itu yang 30 detik atau yang enam detik, para murid bisa langsung melihat mana guru yang paling efektif dan sukses !

Ada hasil yang menarik.

Mereka bisa menilai dengan sangat akurat.

DR. Ambady meminta para murid untuk masuk ke kelas sang pengajar dan belajar sampai akhir semester.

Berikutnya….

Hasilnya tetap relatif sama.

Lalu penilaian mereka diminta lagi.

Hanya sedikit yang berbeda dengan hasil pengamatan enam detik. Menarik!

Ada yang mengatakan efek pandangan pertama itu hanya sekejap saja. Tapi menurut penelitian di atas, pemikiran itu kurang tepat. Efek pandangan pertama bisa jadi melekat selamanya.

Saat pertama kali mendapatkan kesan,  kita langsung menilai…

Setelah itu,  apapun yang terjadi sesudahnya,  kita berusaha memasukkan ke dalam penilaian pertama kita tadi.

Misalnya…

Kita melihat seorang pria kejam dan berwajah bengis…..

Bisa  kita bayangkan ?

Pasti kita memberi penlaian negatif….

Nanti saat kita melihat pria tersebut kencing di balik pohon,  kita langsung mencocokkan penilaian itu ke dalam kesan penilaian negatif yang sudah ada.

Kesannya bisa seperti ini….

” Tuh kan, orangnya memang kejam dan jorok. Lihat aja tuh kencing di pohon.”

Tetapi,  coba kalau lihat pria ganteng dan maskulin.

Bahkan saat pria ganteng itu kencing di phon itu juga….

Kita langsung mempunyai kesan positif.

Kita jadi lebih pemaaf….

Padahal mereka sama-sama kencing di pohon.

“Yah,  enak yah jadi cowok.Praktis. Kalau kebelet bisa buang air di mana saja.”

Tetapi kita punya kesan yang sungguh berbeda.

Yang bengis biasanya akan tetap kencing di pohon…

Kita memasukkan penilaian kita ke dalam hasil pandangan pertama.

Yang ganteng kalau kebelet banget saja…baru deh terpaksa kencing di pohon.

Yang bengis biasanya kerjanya nyrempet norma-norma kemanusiaan…..

Yang ganteng sangat menghormati nilai-nilai kemanusiaan….

Coba lihat bintang mission imposible….

Dipilih yang ganteng dan cantik….

Juga seluruh opera sabun….

Detik-detik pertama bertemu klien….sangat menentukan.

Continue to the business…..

Baju, jam tangan,  gesture,  kata-kata….detik-detik pertama ini yang membentuk detik-detik dan bulan-bulan berikutnya.

Perhatikan kesan pertama di kantor kita.

Bila kita punya reservation service,  perhatikan kata-kata di email atau di telepon.

Perhatikan website kita,  karena itulah gambaran dari business dan perusahaan atau instansi kita.

Itulah gambaran pertama yang dilihat customer.

Nantinya semua interaksi yang dialami oleh customer akan dimasukkan ke dalam kesan pertama tadi.

Jadilah excellent untuk detik-detik pertama,  karena itu bisa menjadi gambaran diri kita yang sebenarnya. ??

Yanu pertama ketemu Fikri kelas 4 SD…saat Fikri ikut cerdas cermat P4. Pertama saya lihat…Fikri terlihat sebagai anak cerdas. 6 tahun kemudian….SMP dan SMA…saya pernah duduk 2 kali sebangku…dan berinteraksi hampir everyday…ternyata penilaian saya benar !!  Bahkan sampai di S2…Fikri menjadi lulusan terbaik !! Applause buat Fikri !

???

Winarso

Author: Winarso | Sumber: Group WA Tanggal 12-01-2016

Nilam:

Tidak dengan maksud membuka lagi “kehebohan” semalam… tetapi ada hal yang kita bisa liat dari kejadian itu agar kita lebih nyaman berkumpul dan lebih akrab tentunya…

Meskipun kita sudah berteman sejak SMA.. tetapi ternyata  diantara kita, satu sama lain,  belum benar-benar “mengenal baik” siapa teman kita sebenarnya… Beragam “surprise” bisa dilihat dari bagaimana orang lain bereaksi dan berespon terhadap ucapan dan sikap kita. Kita tidak mampu mengantisipasi reaksi orang lain karena kita tidak mengenal baik siapa mereka…
Ini sekalian melengkapi pelajaran Winarso tentang “hello effect” yang lalu… Masih ingat kan?

Terkadang kita menemukan “informasi” tambahan tentang sisi2 dari karakter orang lain yang tidak selalu tercapture dari kesan pertama yang kita tangkap… 
Makin intensif interaksi yang terjalin.. makin kaya informasi yang kita dapat.. bisa menguatkan kesan kita, bisa juga sebaliknya..  Ini juga bisa menjelaskan komentar Fikri “witing tresno jalaran seko kulino”..  Semakin intensif.. semakin kenal.. bisa semakin nyaman bisa juga semakin tidak nyaman…

Pada dasarnya individu itu punya self image dan self concept… Kadang2 antara apa yang “ingin” dikesankan seseorang tidak selalu persis dengan konsep diri dia sebenarnya… Sebagai contoh, orang yang terkesan percaya diri, ternyata tidak selalu dia memiliki self confidence yang kuat.

(Sebagai catatan: untuk kejadian semalam juga ada faktor misunderstanding karena kelemahan komunikasi by texting)

Selamat beraktivitas temans…?

Author: Nilamde | Sumber: Group WA Tanggal 12-01-2016

It's only fair to share...Share on Facebook
Facebook
0Pin on Pinterest
Pinterest
0Tweet about this on Twitter
Twitter
Share on LinkedIn
Linkedin
Email this to someone
email
Print this page
Print