Bakhri Oskandar

Seri #1 | Seri #2 | Seri #3 | Seri #4 | Seri #5 | Seri #6

Dengan jantung yg masih berdegup kencang,, aku ke tengah beberapa pasang mata yg terus mengikutiku..
Terlihat sekali,, senyum yg mereka taburkan adalah senyum yg dipaksakan..
Tak terkecuali Komala yg bahkan terlihat sekali begitu tertekan dgn kehadiranku disana…
Tapi bukan dia sesungguhnya yg harus aku perhatikan..
Beberapa orang yg ada disana hampir semuanya tdk aku kenal.. aku seperti memasuki medan perang tanpa bekal strategi sedikitpun..

Beruntung aku sempat sedikit bicara dgn Aisyah- kakak Komala..
Aku hanya bisa berharap Aisyah bener” mau menuruti skenario dadakan yg telah dibicarakan tadi..
Seandainya itu tdk terjadi,, maka aku adalah domba yg memasuki kawanan harimau..
“Ini Yos,,teman Mala yg mau bantu urusan dekor nanti..!”
Penjelasan Aisyah ini cukup bisa membuat jantungku perlahan kembali normal..
Aku bisa sedikit lega,,hingga bisa membalas senyum mereka..
” Si Yos ini sengaja datang hari ini,,untuk lihat bagian mana saja yg nanti bisa dia hias..”
Aku hanya bisa mengamini ucapan Aisyah ini..

Sejenak aku sempat melihat ke arah Komala..
Aku masih bisa melihat gurat kegelisahan dari matanya.. berulang kali dia berusaha menghindar tiap kali aku coba tangkap tatapannya..
“Kebetulan saya ada acara di Bandung,, jadi sy pikir lebih baik mampir kesini sekarang..’
Aku mencoba mengalihkan gelagat keheranan yg tampak dari orang” disana..
“Seminggu yg lalu Komala bilang gk lama lagi akan menikah,,dan waktu itu saya menawarkan diri utk bantu dekorasi..”
Alhamdulillah ucapanku ini rupanya bisa mereka percayai,, hingga suasanapun makin cair.
“Mala..!”, Seorang perempuan paruh baya tiba tiba bersuara..
“Ayuk atuh bikinin temen kamu minum.. masa ada tamu dari jauh di diemin aja..!”
Ternyata wanita itu adalah ibunya Komala..
“Sekalian ajak dia liat-liat rumah,,biar tau bagian mana saja yg mau di dekor..”

Aku begitu gembira mendengar ucapan ibu Mala itu,, karna itu berarti aku akan punya kesempatan utk bicara berdua saja dgn Mala..
Kontan aku sambut tawaran utk mengikuti Mala ke ruang tengah..
” Kamu nekat bener..!”
Itu kalimat pertama yg aku dengar dari wajah sendu yg beberapa hari ini menyiksaku..
” Kamu yg buat aku harus senekat ini..”
” Tapi setidaknya jgn hari ini,, semua sodara orang tuaku lagi kumpul..”
“Bahkan jika semua penduduk bumi lagi ngumpul,, aku tetep harus temui kamu..!”
” Kamu tau gak,, bisa aja hal buruk terjadi..!”

“Kamu tahu lah,, aku ini bukan type pembuat onar..!”
Aku cuma pingin memastikan bahwa kamu baik-baik aja..!”

Untuk tetap membuat keluarga Mala tak menaruh curiga,, aku dan Mala bicara sambil tetap berpura pura mengamati setiap detil rumah itu..
” Setidaknya,, kamu mestinya kasih tau aku kalo memang berkeras mau kesini..”
“Kapan..? Setelah kamu jadi istri seseorang..?”
Mala cuma terdiam..
“Apa kamu pikir,, waktu aku bilang siap utk bicara dgn orang tua kamu itu aku main-main..??”
“Apa kamu pikir,, waktu aku ajak kamu ketemu keluarga ku itu,,aku tdk serius..??”
“Lalu kenapa semua rencana yg sudah kita bicarakan seakan tak punya arti apa-apa..??”

Sebetulnya aku juga tak tega keluarin semua pertanyaan itu.. apalagi dalam kondisi yg seolah sudah tak mungkin lagi utk bisa dirubah..

“Sekarang kamu pingin aku harus gmn..??”
Kalimat itu yg akhirnya keluar dgn mata yg mulai berkaca kaca.
Melihat keadaan itu aku gk berani lagi utk meneruskan pembicaraan..
Aku jadi iba dgn ketidak berdayaannya.

Aku keluar lewat pintu samping rumah berusaha utk bisa menghirup udara pamoyanan yg bersih itu..
Dari samping kolam ikan yg ada di belakang rumah,, aku bisa melihat gunung Galunggung yg tegak berjubah awan putih..
Tepat diseberang pagar rumah terbentang hijau rumpun padi.. Alam asri pedesaan disana cukup bisa meneduhkan perasaanku yg tengah bergejolak..

Terlintas kembali semua kenangan yg pernah aku lalui bersama Mala..
Lagu ‘Someone who believe in you’ seperti mengalun lagi mengitari kepalaku..
Tak disadari aku jadi tersenyum sendiri mengenang semua yg pernah aku lalui..
“Bapak pingin ngobrol sama kamu..!
Suara Mala dari depan pintu samping membuyarkan lamunanku..

( bersambung…)

It's only fair to share...Share on Facebook
Facebook
0Pin on Pinterest
Pinterest
0Tweet about this on Twitter
Twitter
Share on LinkedIn
Linkedin
Email this to someone
email
Print this page
Print