Author: Winarso | Sumber Group WA Smansa Tegal 22-12-2015

Saya mau cerita tentang Uang adalah Ide saja….sambil menunggu giliran dokter gigi neh, ..?

Dalam dunia bisnis…sebenarnya hanya dikenal 3 pilar yang menjadi fokus setiap pengusaha manapun….

3 pilar itu adalah Produk,  Delivery System dan Service Excellence….

Di dunia perbankan…beberapa puluh tahun yang lalu,  bank tidak banyak…

Ini sangat menyulitkan customer….

Lalu muncullah branch banking.

Kantor cabang bank jadi banyak…

Kita bisa pergi ke cabang terdekat..

Lalu orang berharap,  meskipun sudah malam,  mereka tetap bisa mengambil uang…

Sebab namanya kebutuhan mendesak kita tidak tahu kapan datangnya. Maka bank mengeluarkan ATM.

Naik ke level berikutnya,  muncullah inovasi yang lebih mengagumkan, dimana kita tidak harus pergi lagi ke ATM.

Kita bisa memeriksa saldo langsung dari ponsel kita.

Kita bisa transfer langsung dari layar komputer di rumah.

Kita setuju ya…bahwa ini mengagumkan…

Lalu,  bank terus berevolusi…

Walaupun kita bisa transfer uang lewat komputer atau ponsel, tapi tetap saja kita tidak bisa menarik  uang tunai dari ponsel.

Ponsel kita belum mampu mengeluarkan uang..?

Bahkan tekhnologi transfer juga tidak membantu saat mau membayar di kasir KFC…

Kita tidak bisa bertanya ,” Beraoa yah nomor rekening anda?”

Saya mau bayarnya pakai transfer saja…

Di luar negeri…di beberapa negara…

Banyak macam cara orang melakukan transaksi…di Indonesia juga sebagian sudah begitu…

Ada kartu “luar biasa” yang dengan kartu itu bisa digunakan untuk membayar makanan, belanja di mall,  bayar ticket bus,  taksi dll….Ini lebih dari srkedar credit card biasa…

Anggap saja ini smart card..kartu cerdas…

Misalnya kita mau naik kereta api…dan harus nyambung ke kereta api berikutnya….

Maka sistemnya bisa secara otomatis memberikan diskon untuk perjalanan berikutnya.

Bahkan kartunya tidak perlu dikeluarkan dari dompet…

Sentuhkan saja dompetnya ke mesinnya…

Praktis sekali.

Lalu ada kartu lain…yang begitu “cerdas”nya sehingga ketika saldonya sudah habis,  dia akan otomatis mengisi sendiri…

Seperti kulkas yang bikin esnya otomatis..nggak perlu isi air…?

Saldo kita di bank tentu saja akan langsung berkurang untuk mengisi kartu ini.

Bukankah ini juga luar biasa?…Namun….

Seperti halnya product lainnya….kepuasan orang perlahan-lahan terus menurun…

Ingat the law of diminishingnya david ricardo kan….

Maka produk-produk istimewa itupun sekarang dianggap biasa saja…

Mungkin di saat kita akan memamerkan kartu-kartu ini pada anak cucu kita,  mereka akan dengan santai mengatakan :

“Kakek /nenek masih pakai kartu? Saya sekarang tinggal tempelkan tangan saya yang sudah ditanam chip. Saya bisa membeli apa saja yang saya mau. Saya sudah tidak perlu membawa dompet.

Jadi benar kata Robert T. Kiyosaki di Rich Dad Poor Dad bahwa Uang adalah ide
..

Dia bisa berbentuk koin,  kertas,  lalu jadi plastik (kartu), lalu cukup dengan menyentuh tombol tertentu di gadget kita…bahkan kita pada akhirnya bisa bertransaksi tanpa banya media lagi….

Kalau dalam fiqh islam itu nanti kaitannya dengan apakah sah ijab-qabulnya…dst…dst…

Paling nggak ada fiqh aulawiyat….

Tapi pointnya jelas…kemajuan itu tidak bisa dibendung…

Widyo Hartanto:

Transaksi begitu, di tinjau dari hukum jual beli scr syar’i pimen ya win…?

Satu pihak menerima barang scr fisik, pihak lain scr ghoib….?

Para ulama tinggal mengistimbath kan (menderivasikan) hukum-hukum fiqh yang ada dengan kemajuan yang sedang berlangsung…

Kata Rasulullah SAW “antum a’lamu bi umuridunyakum”..

Kalian lebih tahu urusan dunia kalian…

Artinya,  Rasulullah SAW sudah memperkirakan bahwa kemajuan itu akan terus ber evolusi…dan kita diberi keluasan untuk melakukan inovasi yang penting tidak meninggalkan point-point syari’ahnya.

Makanya para pemimpin agama juga dituntut untuk menjadi pelaku kemajuan….

Supaya taushiah-taushiahnya,  fatwa-fatwanya “in place”…sesuai dengan kemajuan zamannya…

Masih dengar nggak yah “kiai kampung” yang melarang adzan pakai pengeras suara?

Kiai beginian harus “dimuseum” kan….??

Karena dia tidak qualified sebagai ulama….lebih tepat kita sebut muslim yang sudah ditinggalkan zamannya…?

 

 

It's only fair to share...Share on Facebook
Facebook
0Pin on Pinterest
Pinterest
0Tweet about this on Twitter
Twitter
Share on LinkedIn
Linkedin
Email this to someone
email
Print this page
Print